Selasa, 14 April 2020

Membaca dan Mengartikan Surah Al-Qadr

Al-quran merupakan kitab suci umat Islam dan juga merupakan Dasar Hukum Islam dan Sumber Syariat Islam yang memiliki banyak manfaat bagi umat manusia. Al-quran diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul yang dipercaya menerima mukjizat Al-quran, Nabi Muhammad SAW menjadi penyampai, pengamal, serta penafsir pertama dari Al-Quran.

Al-quran memberikan petunjuk agar umat manusia dapat terus berjalan di jalan yang lurus. Di dalam Al-quran sudah dijelaskan mana yang salah dan yang benar, serta peringatan-peringatan agar terus bertakwa kepada Allah SWT. Umat Islam percaya dengan adanya kitab-kitab Allah yang telah turun sebelum Al-Quran, yaitu Taurat, Injil, dan Zabur. Namun tetap Al-Quran yang wajib dipelajari karena merupakan penyempurna dan digunakan sampai akhir zaman. Kitab-kitab Allah sebelumnya ditujukan hanya pada umat pada zaman tersebut saja, berbeda dengan Al-Quran. Allah akan menjaga keaslian Al-Quran melalui para umat yang hafal Al-Quran dan mengamalkannya.

Surah Al-Qadr merupakan surah ke-97 yang terdiri atas 5 ayat, diturunkan di Mekah sesudah surah Abasa. Surah ini tergolong surah Makkiyah. Adapun ciri surah Makkiyah yaitu;
  • Ayat-ayatnya pendek.
  • Diawali dengan yaa ayyuhan-naas (wahai manusia).
  • Kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman kepada Allah swt, masalah surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut kehidupan akhirat (ukhrawi).
Dinamai Al-Qadr (kemuliaan) diambil dari perkataan "Al-Qadr" yang terdapat pada ayat pertama, kedua, dan ketiga surah ini.
Artinya;
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
  1. Sesungguhnya Kami telah menurun-kannya (Al-Qur’an) pada malam qadar.
  2. Dan tahukah kamu apakah malam ke-muliaan itu?
  3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari-pada seribu bulan.
  4. Pada malam itu turun para malaikat dan Rμh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
  5. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
Bacaan Madd, Suara Rendah, Qalqalah dan Hukum Bacaan
a. Bacaan madd
Bacaan madd artinya bacaan panjang. Secara garis besar, madd terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
  • Madd tabi'i (madd asli)
  • Madd far'i (madd cabang)
Madd tabi'i panjang bacaannya 2 harakat/ketukan. Seperti yang terdapat pada ayat ke satu, dua, empat dan lima dari surah Al-Qadr.
b. Suara rendah
Suara rendah artinya mengucapkan huruf dengan pelan. Semua akhir ayat surah Al-Qadr jika waqaf/berhenti, maka diucapkan dengan suara rendah, yaitu ketika:
  • Mengucapkan atau membaca qad diteruskan dengan suara "r" (ayat 1 dan 2), menjadi qadr.
  • Membaca syah diteruskan dengan suara "r" jadinya syahr (ayat 3).
  • Membaca am diteruskan dengan suara "r" jadinya amr (ayat 4).
  • Membaca faj diteruskan dengan suara "r" jadinya fajr (ayat 5).
c. Bacaan qalqalah
Qalqalah artinya bacaan memantul/membal. Huruf qalqalah ada lima, yaitu: Ba, Jim, Dal, Tha, dan Qaf. Agar mudah diingat dibaca: “baju di aqa” Bacaan Qalqalah pada surah Al-Qadr ada enam, yaitu;
d. Bacaan ikhfa
Bacaan ikhfa (samar/sengau) terdapat pada:
e. Bacaan Izhar
Bacaan izhar (jelas/terang) terdapat pada:
d. Bacaan Idgam
Bacaan idgam, masuk/lebur ke huruf berikutnya. Bacaan ini terdapat pada ayat ke tiga yaitu;

Kita mengenal istilah Malam kemuliaan dengan malam Lailatul Qadr, yaitu suatu malam yang sangat mulia, penuh kebesaran, dan kemuliaan karena pada malam itu merupakan permulaan turunnya Al Quran.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari al-Hasan bin ‘Ali bahwa Nabi Muhammad saw bermimpi melihat bani Umayyah menduduki dan menguasai mimbarnya setelah beliau wafat. Beliau merasa tidak senang karenanya. Maka turunlah surat al-Kautsar ayat 1 (Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak) dan surat al-Qadr ayat 1-5 untuk membesarkan hati beliau.

Al-Qasim al-Hirani menyatakan bahwa kerajaan bani Umayyah itu ternyata berlangsung selama tidak lebih dan tidak kurang dari seribu bulan. Menurut at-Tirmidzi, riwayat ini gharib, sedang al-Muzani dan Ibnu Katsir menyebutnya sangat munkar.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan al-Wahidi, yang bersumber dari Mujahid bahwa Rasulullah saw pernah menyebut-nyebut bani Israel yang berjuang fiisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum Muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan surat al-Qadr 1-3 yang menegaskan bahwa satu malam laitatul qadr lebih baik daripada perjuangan bani Israel selama seribu bulan itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid bahwa di kalangan bani Israel terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Qadr 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan seorang laki-laki dari bani Israel tersebut.

Al-Qur'an mulai diturunkan pada malam lailatul qadr yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Para malaikat, termasuk malaikat Jibril, turun ke dunia pada malam lailatul qadr untuk mengatur segala urusan. Lailatul qadr terjadi pada bulan Ramadhan. Nabi Muhammad SAW memberi tuntunan kepada umatnya agar memperbanyak ibadah. Terutama pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.